Selasa, 08 Mei 2012

Adventure Quest World

Hai Teman2 , Setelah Lama Gk Mostingin Entri ,, Aku Mau Mostingin GAME ONLINE Yang Cukup Terkenal di Dunia .... Nah Udah Gk Sabar kan mau Mbacaaa ???
Nah Setelah Sekian lama berbelit belit , lgsg aja wes ..  Selamat menikmati ..


Adventure Quest Worlds, sering disingkat AQWorlds atau hanya AQW, adalah peran berbasis browser massively multiplayer bermain game online yang dikembangkan oleh Artix Entertainment di 2008 Tidak seperti kebanyakan MMORPG, AdventureQuest Worlds dikembangkan seluruhnya dalam Adobe Flash.. Saat ini memiliki lebih dari 16 juta akun yang terdaftar, [1] [2] mencapai 6 juta Mei [3] dan 9 juta pada bulan Juli 2009 [4] pada tanggal 10 Oktober 2010, permainan merayakan ulang tahun kedua. [5]. Sejarah
Alpha pengujian mulai 2 Juni 2008 untuk semua pemain dengan upgrade account untuk satu dari sebelumnya Artix Entertainment tiga permainan: AdventureQuest, DragonFable, dan MechQuest. Beta testing Progresif resmi mulai 18 Agustus 2008. Dalam pengujian beta, server berlari tanpa henti dan lokasi baru beberapa telah tersedia. Bagian pertama dari plot mulai, menampilkan mayat tentara yang menyerang Sepulchure ibukota Swordhaven. Worlds AdventureQuest rilis resmi dilaksanakan Gamma pada 10 Oktober 2008. Gamma terbuka untuk semua pemain dan diperbarui untuk menyertakan sepuluh server, toko baru, dan efek suara. Bagian pertama dari alur cerita juga dirilis.
Pada tanggal 13 April 2010, AQWorlds upgrade ke mesin permainan baru. Disebut AQW 1.0, mesin baru digunakan fitur baru seperti statistik, sebuah panel karakter, format baru untuk peningkatan, PvP, dan persediaan yang baru dan panel toko. Tingkat tutup ditingkatkan sampai 30, kemudian meningkat menjadi 35, kemudian tingkat tutup meningkat menjadi 40.
Pada Jumat, Agustus 13, 2010, game jaringan seluruh jatuh (AQ Worlds, MechQuest, DragonFable, AdventureQuest, EpicDuel) selama acara Jumat 13, ketika lebih dari 34.000 pemain login [6] Acara
AdventureQuest Worlds memiliki acara khusus pada kesempatan khusus, biasanya berlangsung kemudian untuk seminggu. Beberapa yang unik untuk hari (hanya satu kali), sementara yang lain dianggap acara tahunan. Ada juga acara live dengan bintang tamu seperti Voltaire, One-Eyed Doll, George Lowe, Paulus dan Storm, Jonathan Coulton, para pemeran Ctrl + Alt + Del, Ayi Jihu, ArcAttack, dan Michael Sinterniklaas sebagai suara Deady.

Sekalian mau Numpang Nunjukin Char Ane xD
Makasih Yo ... Wes Lgsg aja , yang Mau Daftar Disini Neeh >> http://www.aq.com/

Kamis, 03 Mei 2012

Sejarah musik metal .


Teman2 Semua pasti ingin tau kan sejarah perkembangan musik METAL , atau teman2 semua hanya mengetahui lagu/band nya , tp Nggak tau Cikal Bakal nya musik Metal .. Nih yuk lgsg aja , Cekidot teman2 ;)

Nah ... Nama Heavy metal Sendiri digagas oleh Band Hard Rock Tahun 60'an Steppenwolf, dalam lagu mereka yang berjudul 'Born To Be Wild' (ada di baris kedua bait kedua).
"I like smoke and lightning Heavy metal thunder Racin' with the wind And the feelin' that I'm under".
Tapi istilah itu belum dipakai secara tepat sampai pada tahun 1970, ketika Om-om dari Black Sabbath merilis album debut album mereka yang berjudul ' Black Sabbath'.
Dari tahun 1960-an atau bisa disebut Blues Rock seperti Led ZeppelinAC/DC Classic metal dan disekitar 60an sampai 70'an atau disebut Classic Rock seperti Black Sabbath, Blue Oyster Cult,Deep PurpleAlice Cooper. Permainan Classic metal. Musiknya dikendalikan olehriff yang lebih bluesy. Remon666 21:13, 13 Maret 2011 (UTC
 EVOLUSI MUSIKnya : 
70'an :
Heavy Metal awal 70'an digawangi oleh band-band seperti Led Zepplin, Black Sabbath, dan Deep Purple, Heavy Metal pada era tersebut masih dipengaruhi oleh elemen Blues yang kental. Judas Priest mengembangkan genre ini dengan menghilangkan unsur blues dan lebih mengandalkan distorsi, beat yang lebih cepat, dan harmoni. Pada akhir 70'an munculah New Wave oF British Heavy Metal yang dipelopori Motorhead, NWOBHM menggabungkan Punk dan Heavy Metal. Band-band NWOBHM lainya adalah Iron Maiden, Saxon, Venom, Diamond Head, dan lain lain , Ok ?

Awal 80'an : 
wal era 80'an Di gawangi oleh band-band NWOBAM seperti MotörheadIron MaidenVenom dan Diamond Head. Heavy Metal akhirnya bertabrakan dengen musik Pop hal ini memunculkan genre yang disebut Glam Metal, Glam Metal berhasil menerobos chart-chart papan atas, hal ini menyebabkan Heavy Metal lebih tersebar cepat di seluruh dunia .. Ok teman ?

Underground Metal: 1980, 1990, dan 2000-an

Tempo lagu sangat cepat yang diusung oleh gitaris yang memainkan gitar rhytm Downstroke pada Thrash metal oleh band-band seperti MetallicaMegadethSlayer dan Anthrax yang dijuluki Big Four Of Thrash. Di San Francisco ada Testament dan Exodus di New Jersey ada Overkill dan Sepultura dari Brazil. Sedangkan Speed metal dimainkan lebih cepat sangat-sangat cepat dan bertenaga seperti Motörhead (akhir-akhir), Iron AngelAnthrax. Sedangkan musik Thrash metal yang berasal dari Eropa adalah seperti, Kreator danDestruction, keduanya dari negara Jerman... Sekian Dulu ya, mau Garap Tugas ;) tha..tha ;)

Rabu, 02 Mei 2012

Sejarah Atticus




Sejarah Atticus Clothing dimulai pada 2000, ketika dua personel Blink-182, Tom DeLonge dan Mark Hoppus, mendirikan sebuah perusahaan clothing. Dibantu teman kecil mereka, Dylan Anderson, perusahaan berlogo burung nuri terbalik itu mendekatkan fashion mode dengan pemusiknya. Namun dalam perjalanannya, Tom dan Mark akhirnya memilih berkonsentrasi dalam Blink-182, seiring meningginya pamor Blink-182 di kancah musik underground dunia waktu itu. Tom dan Mark akhirnya menjual seluruh saham mereka.

Dalam soal nama dan logo, sejarah Atticus Clothing bisa dibilang 'nyeleneh'. Inspirasi pertama datang dari salah satu karakter dalam buku best seller sepanjang jaman, "To Kill A Mockingbird" (1960) karangan Harper Lee, bernama Atticus Finch. Nama tersebut lalu disambungkan dengan nama dan sejarah Herodes Atticus, seorang agitator Yunani yang menghabiskan hidupnya mendukung pengembangan kesenian sampai membangun teater untuk pertunjukkan musik. Sedang logo sendiri dibuat oleh Dylan Anderson yang terinspirasi dari buku To Kill A Mockingbird.

Sejarah Macbeth



Trend Macbeth Shoes dimulai ketika pada 2000 lampau, pertumbuhan penjualan musik dan artibutnya merambah menjadi gaya hidup di California, AS. Band punk rock yang populer segera menjadi trend-setter, dan tak hanya ditiru atau menginspirasi dalam permainan musiknya saja, melainkan sampai ke persoalan fashion. Meski sebenarnya para artis baru ini mengenakan pakaian dan sepatu ‘alakadarnya’, tetapi melejitnya nama mereka saling-menguatkan dengan industri fashion yang mengekor.

Saat penjualan CD Blink-182 pada 2002 meraih platinum, berbagai perusahaan yang mendistribusikan topi, t-shirt, sepatu, sampai gitar, meraih keuntungan luar biasa dari penggemar Blink di seluruh dunia. Namun, penyebaran yang demikian pesat ini tak sebanding dengan pemahaman industri tentang musik dan karakter yang Blink-182 miliki. Kecewa karena hal ini, Tom DeLonge berkolaborasi dengan Atticus Clothing membuat brand bernama MacBeth. Atticus Clothing sendiri merupakan hasil kolaborasi Tom DeLonge dan Mark Hoppus. Keduanya personel Blink 182.

Dalam perkembangannya kemudian, trend Macbeth Shoes meninggi setelah para personil band rock kesulitan mencari produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Wajar memang, manakala setiap waktu musisi ini diisi dengan tour antar kota, mengunjungi negara lain, dan menciptakan musik. Mereka memerlukan pakaian dan sepatu yang cocok untuk penampilan, sekaligus kuat dan nyaman digunakan saat beraktivitas.

Vegan Story

Di kalangan para musisi California, paham vegan cukup punya andil dalam akulturasi budaya. Hal ini karena adanya pemahaman bahwa para vegetarian memiliki hubungan dekat dengan penganut sub-kultur hardcore rock – atau yang biasa disebut “Straight Edge”. Permintaan kemudian meninggi terhadap sneaker modern yang tidak mengandung segala jenis produk hewan, dan hadirlah Macbeth The Elliot yang kemudian dikenal sebagai desain vegan. Macbeth bahkan meraih “Best Vegan Skate Shoe” pada 2007 yang diberikan Peta (People for the Ethical Treatment of Animals).

Founder dari Macbeth Clothing Company adalah Tom dan Mark, dan salah satunya dari band-band seperti Taking Back Sunday dan Alkaline Trio. Kalau Atticus lebih mengkhususkan pada produk pakaian sedangkan Macbeth lebih mengkhususkan pada produk sepatu. Inspirasinya bermula ketika Tom tidak puas dengan sepatu-sepatu pada masa itu karena kurang enak dipakai buat musisi karena mungkin pada masanya banyak sepatu yang lebih konsen ke olahraga/ atlit daripada musisi. Dengan ide awal menggabungkan konsep sepatu dan musik, Tom dibantu oloh Jon Humphrey, suatu penyelenggara konser dan dan wakil presiden produk sepatu Adio mengembangkan Macbeth ini.

Pada awalnya Macbeth hanya memperkerjakan 30 orang dan kebanyakan adalah sanak famili atau teman dekat. Dan kebanyakan adalah orang yang berkecimpung dan through di bidang musik.Atticus dan Macbeth dikembangkan secara independen. Nampaknya nggak beda jauh dengan cara yang dikembangkan oleh beberapa clothing lokal kita. Independensinya adalah mereka memproduk dan memasarkan sendiri produk buatan mereka. Pada awalnya pun produk mereka ini hanya disebarkan di seputar pantai di San Diego, California.

Sepatu design pertama macbeth yg melambungkan nama macbeth di dunia yaitu the eliot. Macbeth meraih pasar anak muda salah satunya dengan mengendorse band-band rock kekinian dengan genre punk/ pop punk/ emo/ hardcore/ post-hardcore seperti Alkaline Trio, Angels and Airwaves, Alexis On Fire, Mae, Bane dll. Selain mengendorse band, Atticus juga tampaknya tertarik dengan segala hal kultur anak muda. Brian Ewing yang merupakan seorang designer dan illustrator pun diendorse oleh Atticus.
Salah satu contoh sinergi dengan musik, kalau Kamu membeli sepatu Macbeth maka di dalam lapisan solnya terdapat salah satu lirik yang diambil dari band-band yang diendorse Macbeth. Selain musik, ada juga misi sosial dalam karakter design sepatunya. Ingat sepatu Macbeth Vegan yang terbuat dari bahan-bahan 100% non hewani/ animal products. Di mana Macbeth memiliki misi untuk menghapuskan kekerasan pada binatang. Dan bahan-bahanya adalah hasil impor dari PETA (PeopleFor The Ethical Treatment Of Animals), sebuah organisasi anti kekerasan pada binatang.

Macbeth berawal memasarkan produk lewat internet saja. Mereka tak memiliki tempat untuk mengedarkan produknya dengan hanya diawali beredar di seputaran pantai di San Diego, California. Namun kini Macbeth telah meraih pangsa pasar anak muda yang sebegitu besarnya dan sampai saat ini udah nyampe di tangan kamukan.

Sejarah Crooz Cloth


didirikan pada tahun 2003 dan menjadi salah satu merek independen yang palingterkemuka dan terkenal di industri garis pakaian Indonesia. Crooz telah berhasilberhasil mendirikan tren dan mempengaruhi baik gaya hidup dan fashion untuk remajadan dewasa muda tidak hanya di Indonesia, tetapi juga mencapai negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Setelah musik sebagai konseputama perusahaan, dengan mendukung dan menjadi merchandiser resmi untuk begitu banyak band-band lokal dan internasional yang besar adalah bukti kontribusi perusahaan untuk adegan musik. Sama seperti bagaimana musik berevolusi, ada hasil yang baik dan buruk dari itu. Tetapi orang-orang mengatakan musik yang bagus adalahsubstansi tak terbatas. Sama halnya dengan produk Crooz's, karena pakaian bagus adalah lebih baik daripada obat-obatan.

Sejarah PETERSAYSDENIM (PSD)



Sewaktu masih duduk di bangku SMA, Peter Firmansyah, pria kelahiran Sumedang 4 Februari 1984, terbiasa mengubek-ubek tumpukan baju di pedagang kaki lima. Kini, ia adalah pemilik usaha yang memproduksi busana yang sudah diekspor ke beberapa negara.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.
Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.
Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.
”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,”ujarnya.
Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.
Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.
Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya.”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,”kata Peter.
Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.
Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.
Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.
”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.
Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.
”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.
Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.
”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,” katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.
Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.
”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.
Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.
Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.
Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim.”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.
Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.
”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.
Sumber: Kompas
Untuk kontak, buka situsnya di petersaysdenim